Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Bogor sejak Sabtu (5/6/2025) sore menyebabkan bencana alam di berbagai titik. Saat tim redaksi liputan ke Taman Nasional Gunung Salak Halimun, pukul 16.30 terpantau hujan sangat deras di daerah ini.

Bupati Bogor, Rudy Susmanto menyampaikan sebanyak 18 kecamatan mengalami dampak signifikan akibat banjir, longsor, dan angin kencang. Artinya, hampir setengah dari total jumlah kecamatan di Bogor yang terdampak bencana. Sebagai informasi, wilayah Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan.

Wilayah yang terdampak meliputi Kecamatan Megamendung, Leuwisadeng, Tamansari, Cisarua, Dramaga, Kemang, Tenjolaya, Cijeruk, Caringin, Cibungbulang, Ciomas, Ciampea, Ciawi, Cigombong, Sukamakmur, Rancabungur, Cigudeg, serta Babakan Madang. Total ada 33 desa yang terdampak di seluruh kecamatan tersebut.

“Data sementara dari BPBD, total 18 kecamatan dan 33 desa terdampak. Longsor terjadi di 21 titik, sementara banjir dilaporkan di tujuh titik. Kami terus bergerak cepat melakukan evakuasi dan penanganan,” ujar Bupati Rudy dalam keterangannya di Bogor pada Minggu (6/7/2025).

Dari kejadian tersebut, dilaporkan tiga orang warga meninggal dunia. Korban berasal dari dua kecamatan, yakni Megamendung dan Cisarua. Di Megamendung, seorang santri berusia 22 tahun dilaporkan hilang akibat tertimbun longsor. Korban kemudian ditemukan dalam kondisi meninggal. Sementara itu, dua warga lainnya ditemukan tak bernyawa di wilayah Cisarua yang juga mengalami longsor di daerah tersebut.

Di lokasi lain, sejumlah warga di Kecamatan Babakan Madang sempat terjebak di jalur pendakian saat banjir terjadi. Beruntung, seluruh korban berhasil diselamatkan dan kini berada dalam kondisi selamat.

Pemerintah Kabupaten Bogor, bersama BPBD, jajaran TNI-Polri, relawan, serta berbagai unsur masyarakat, terus melakukan langkah-langkah darurat dalam menghadapi bencana ini. Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, pendataan kerusakan, distribusi bantuan logistik, serta penyediaan layanan medis bagi warga terdampak.

Melihat pergantian musim yang sulit diprediksi seperti beberapa tahun terakhir, masyarakat memang harus tetap waspada, khususnya yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir. Bila ada potensi bencana, warga dapat segera melaporkan ke layanan darurat 112 jika melihat tanda-tanda bahaya.

Cuaca ekstrem yang sulit diprediksi bekalangan ini, merupakan bagian dari perubahan iklim yang terjadi di berbagai belahan dunia. Salah satu penyebabnya adalah kerusakan ekosistem alam. Bagi warga masyarakat yang tinggal di daerah dengan potensi bencana lebih tinggi seperti daerah perbukitan dan lembah, harus terus waspada terhadap risiko bencana.

Ilustrasi foto ini dibuat menggunakan AI dari openart.ai.