Institusi Pendidikan di Kawasan Grand Depok City (GDC) tumbuh pesat. Apakah akan mengubah Kota Depok menjadi kota pelajar?
Menjuluki sebuah kota biasanya dengan cara mengasosiasikan terhadap sesuatu atau gejala yang tampak dominan di wilayah tersebut. Misal Bogor disebut kota hujan, karena di masa lalu curah hujan sangat tinggi. Balikpapan sering dilabeli kota minyak, karena kota tersebut dulu pernah menjadi kota penghasil minyak setara Sorong dan Cilacap. Lantas Yogyakarta pernah disebut kota pendidikan karena banyak sekolah dan perguruan tinggi terkenal dulu banyak berada di Yogyakarta.
Identitas sebagai kota pelajar ini rupanya mempesona banyak pihak. Karena keberadaan institusi pendidikan, keberadaan perguruan tinggi memiliki peranan yang cukup penting dalam rangka ikut memajukan peradaban masyarakat. Kehadiran perguruan tinggi (PT) memiliki tanggungjawab sosial bagi masyarakat di sekitarnya maupun untuk kehidupan berbangsa.
Berlomba-lomba menjadi kota pelajar
Banyak pemda yang terus berupaya memperbanyak sekolah di daerahnya agar daerah tersebut bisa mengklaim diri sebagai kota pelajar.
Untuk mewujudkan impian tersebut tentu ada banyak hal yang harus dilalui. Ada regulasi, ada kemampuan finansial, ada tarik ulur keputusan politik. Apalagi kalau kita bicara pada level kabupaten atau kota.
Pemerintah kabupaten atau kota hanya berwenang menyelenggarakan pendidikan dalam format sekolah negeri dari PAUD sampai tingkat pendidikan SMP. Apabila hendak memperbanyak sekolah level SMA maka pemerintah kota atau kabupaten hanya bisa mengusulkan ke pemerintah provinsi. Apalagi kalau menginginkan ada perguruan tinggi negeri di daerah tersebut. Urusan jadi jauh lebih panjang. Ini utopia bagi kabupaten atau kota.
Biasanya pemda akan menggunakan tangan yayasan swasta untuk membangun sekolah yang diluar kewenangannya. Sebagai contoh misalnya, Kabupaten Sorong Selatan ingin sekali memiliki perguruan tinggi. Bupati menggunakan yayasan swasta untuk mendirikan Universitas Werisar. Akhirnya Kabupaten Sorong Selatan menjadi salah satu Kabupaten di Provinsi Barat Daya yang saat ini telah memiliki perguruan tinggi di wilayahnya. Terlepas adanya keterlibatan dan andil personal bupati dalam pendirian perguruan tinggal tersebut.
Perkembangan kawasan GDC
Nah kembali ke ke kawasan GDC. Menarik untuk mengamati pertumbuhan kawasan ini. Kawasan ini mulai dikembangkan kira-kira tahun 2002. Namun karena pengembang kurang cermat dalam membuat strategi dalam membangun kawasan ini, berujung pada kegagalan.
Kawasan ini berkembang sangat lambat. Apalagi kalau dilihat dari kemunculan sekolah di wilayah ini. Tahun 2009 pernah ada pendataan sekolah Paud yang ada di sekitar GDC, namun hanya mendapatkan kirang lebih 20 sekolah. Saat itu sekolah dasar dan sekolah SMP, juga masih sangat jarang. Yang ada hanya beberapa sekolah negeri. Tetapi jumlahnya sangat terbatas. Bahkan sampai sekarang jumlah sekolah negeri juga tidak bertambah.
Namun di sisi lain sekolah swasta tumbuh dengan sangat pesat. Sekolah Al Azhar dan Budi Cendekia Islamic School mengawali pendirian sekolah di GDC. Sebelumnya sudah ada sekolah-sekolah yang berada di bawah pesantren Hidayatullah, namun lokasinya di luar GDC.
Juga ada sekolah Bina Insan Kamil (SD) dan SD Global Islamic School yang lokasinya sebenarnya juga ada di luar kawasan GDC.
Setelah Pemerintah Kota Depok membangun Taman Kota di kawasan GDC, barulah kawasan ini mulai menggeliat. Selain mulai berkembangnya kawasan-kawasan perdagangan, juga mulai dibangun kantor-kantor pemerintah di kawasan ini.
Sekolah bertumbuh di kawasan GDC
Sekolah juga makin banyak bertambah. Ada sekolah Pemuda Bangsa, Sekolah Misbahussudur (tingkat SMP dan SMA), Sekolah SD Ramah Anak, SD Al Harraki, Pribadi Bilingual School. Ini baru sekolah-sekolah yang berlokasi cukup dekat dengan kawasan GDC. Di luar kawasan GDC juga banyak sekolah-sekolah baru.
Sementara sekolah negeri yang cukup dekat dengan kawasan GDC adalah SD Negeri Kalimulya, SD Negeri Kalibaru, SMPN 6 Depok,
Dunia pendidikan di GDC bertambah semarak setelah berdiri sebuah kampus swasta. Perguruan tinggi ini membangun kampusnya di sebuah tempat yang cukup strategis di pinggir jalan Boulevard GDC. Nama kampusnya Jakarta Global University (JGU).
Untuk kampus yang berlokasi di GDC perguruan tinggi ini membuka program studi Teknik Informatika, Ekonomi dan Bisnis serta Farmasi. Kemudian ada program studi magister teknik elektro di jenjang pasca sarjana.
Dampak perguruan tinggi ke wilayah sekitar
Perguruan tinggi memilih program studi dan menawarkannya ke publik tentu dengan banyak pertimbangan. Namun yang pasti pertimbangan utamanya adalah kebutuhan pasar dan perkembangan jaman. Program studi di JGU di atas tidak jauh beda dengan program studi yang ditawarkan oleh perguruan tinggi lain.
Mengamati pertumbuhan sekolah di GDC ini sekali lagi cukup menarik. Kota Depok berkembang pesat juga setelah Universitas Indonesia membangun dan memindahkan sebagian kampusnya dari Salemba Jakarta ke kawasan Kukusan Depok.
Namun dampak keberadaan kampus Universitas Indonesia ini terhadap perkembangan kota Depok awalnya juga hanya di sebelah utara dan jalan Margonda yang merupakan akses utama Kota Depok.
Sehingga setelah pengembang Grand Depok City ini membuka akses ke kawasan ini, barulah kawasan ini mulai menggeliat dengan kuat. Tumbuhnya sekolah-sekolah di dalamnya meski tidak secara langsung juga menopang perkembangan ini. Karena meskipun pengembang membangun pemukiman, kebutuhan dasar ketiga setelah sandang-pangan, kesehatan tentu pendidikan pada giliran berikutnya.
Dampak kehadiran sekolah, utamanya perguruan tinggi bagi pengembangan kawasan adalah ketika kita menilik fungsi dan tugas perguruan tinggi berikutnya. Yaitu penyelenggaraan penelitian yang hasilnya bisa disumbangkan ke masyarakat sekitar.
Perguruan tinggi bisa memberikan masukan ke pemerintah kota terkait pembangunan kawasan di sekitarnya. Baik pembangunan fisik maupun pembangunan manusia dan sistem sosial ekonomi masyarakat.
Selama ini Kota Depok merupakan kota penyangga ibu kota. Kota ini dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan internalnya, yang pada giliran berikutnya bisa menopang kota Jakarta sebagai ibu kota negara.
Depok bukan lagi Kota penyangga Jakarta
Namun seiring dengan akan berpindahnya ibu kota negara ke Sepaku Penajam Pasir Utara Kalimantan Timur, Kota Depok bukan lagi kota penyangga ibu kota negara. Apalagi dengan gaya dan model pengelolaan Kota Jakarta sudah mampu mengurangi ketergantungannya terhadap kota-kota sekitar seperti Tangerang Selatan, Bekasi, Tangerang dan juga Depok.
Dengan situasi demikian, Depok bisa mengelola kotanya sendiri sedemikian rupa, tanpa harus terbebani daerah sekitarnya. Depok bisa mengembangkan sendiri kotanya dengan memperbanyak sekolah dan perguruan tinggi. Dengan demikian bisa mengklaimnya sebagai kota pendidikan.
Namun seberapa penting impian itu harus diwujudkan? Seberapa perlukah klaim-klaim itu dilakukan?
Tidak harus menjadi kota pelajar
Kawasan GDC tidak harus menjadi kawasan kota pelajar. Yang penting otoritas setempat bisa menghadirkan diri untuk menyelenggarakan layanan dasar di bidang pendidikan kepada masyarakat di kawasan ini dengan baik.
Penelitian Kamaluddin tentang dampak keberadaan perguruan tinggi terhadap kehidupan sosial masyarakat di Kelurahan Mande Kota Bima NTB menyebutkan berdampak positif. Meski dampak besarnya hanya mendorong peningkatan tingkat pendidikan masyarakat. Penelitian ini bisa menjadi acuan.
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat di kawasan GDC sudah cukup tinggi. Sehingga yang dibutuhkan adalah sumbangan penelitian yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar ini.