Saat ini ada tren baru. Anak-anak lulusan SMA, merasa tak cukup kuliah hanya di kampus dalam negeri. Mereka akhirnya berburu kampus di luar negeri. Ini akan menambah tantangan kepada mereka jika bisa masuk kampus top dunia.

Diterima di 11 kampus ternama luar negeri

Seorang siswi di SMA Masa Depan yang berada di Yogyakarta, bernama Fayza Kamaliatelah menjawab tantangan tersebut. 11 kampus luar negeri menerimanya sebagai calon mahasiswa siswa kelas XII dan angkatan pertama di sekolah yang berada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.

11 kampus top dunia yang telah menerima Fayza, antara lain: University of British Columbia Monash University RMIT University Swinburne University Middlesex University University of Adelaide Deakin University Macquarie University University of Exter University of Western Australia La Trobe University. Fayza memilih jurusan Psikologi untuk jenjang S1.

Kesulitan memutuskan atas pilihannya

Fayza mengungkapkan kesulitan dirinya ketika harus memutuskan dan memilih kuliah di luar negeri. Penyebabnya sebagai angkatan pertama di SMA Masa Depan, ia mengaku cukup kesulitan mencari referensi dan sumber belajar. Kesulitan untuk mengakses informasi sumber informasi berbagai kampus, terutama yang ada di luar negeri.

“Karena belum ada kakak kelas atau alumni yang bisa menjadi rujukan kuliah di luar negeri, jadi semua proses yang dilalui itu seperti meraba-raba di lorong gelap dengan minim penerangan,” ungkapnya melalui sebuah rilis. Namun demikian akhirnya ia mampu menyelesiakan masalah ini dengan baik.

Bisa memutuskan pilihannya atas dukungan orang di sekitarnya

Menurut Fayza, dukungan dan arahan guru-guru, musyrifah, keluarga dan teman-teman yang menyebabkan berhasil memutuskan dan mengambil pilihan itu.

“Dari mulai saat proses standardized test, lalu mencari solusi kendala pendaftaran hingga menyusun essay personal statement berhasil saya lalui,” ceritanya.

Strategi Fayza mengidentifkasi minat dan akhirnya memilih jurusan psikologi, juga program coaching yang ada di SMA Masa Depan mendukungnya. Program ini membantu siswa menemukan jawaban tentang peran yang akan diambil.

kampus sma masa depan

Kampus SMA Masa Depan

Menemukan Passionnya di psikologi

Ini juga yang terjadi pada Fayza yang menemukan passion dan minatnya di bidang psikologi. Alasan Fayza memilih psikologi untuk kuliah nanti, karena menurutnya kesehatan itu tidak hanya berkaitan dengan fisik namun juga kesehatan tentang jiwa.

Ilmu psikologi itu mempelajari tentang perilaku dan jiwa manusia. Selama masih ada manusia, selama itu pula ilmu psikologi akan terus berkembang. Apalagi perkembangan ilmu psikologi semakin hari yang semakin berkembang pesat di lingkungan global.

Rasanya memang alasan ini yang membuat Fayza makin memantapkan pilihan melanjutkan pendidikan tingginya di luar negeri dan mengambil studi psikologi. Ia berharap suatu saat kelak, ia sendiri bisa membantu dan menjadi bagian dari proses perjuangan teman-teman di SMA-nya yang memiliki mimpi melanjutkan kuliahnya di luar negeri.

Motivasi lain yang menguatkan pilihannya

Selain itu ada motivasi lain yaitu karena Fayza menyadari bahwa mereka yang memiliki basis keilmuan yang luaslah yang bisa menyelesaikan problem-problem sosial di masyarakat yang kini banyak terjadi. Bagi mereka yang telah berhasil menempuh pendidikan tinggi dan memiliki keluasan ilmu, diharapkan bisa terjun berkontribusi untuk negeri ini.

Dukungan sekolah SMA Masa Depan kepada siswa-siswinya

Di sisi lain Kepala SMA Masa Depan, Luqman Fikri Amrullah mengatakan bahwa sekolah selalu mendukung terhadap mimpi dan minat siswanya sebesar mungkin.

“Kami percaya, setiap siswa memiliki potensi masing-masing yang luar biasa. Mereka hanya perlu diarahkan, diberi kesempatan, dibina dan didampingi. Maka kami merancang berbagai program terstruktur sejak awal. Kami banyak melakukan outing untuk belajar dari sumbernya,” ungkap Luqman.

Outing siswa ini misalnya dengan mengajak siswa ke pusat pembangkit listrik, laboratorium kedokteran kampus, museum perjuangan hingga live in (tinggal di desa atau masyarakat, mirip kuliah kerja nyata yang biasa dilakukan oleh mahasiswa).

“Mereka juga kami dorong membuat event-event untuk melatih kemampuan berorganisasi sekaligus melatih kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat, seperti event penyampaian aspirasi penyandang disabilitas ke DPRD,” katanya.

Aktif ikut lomba dan proyek nyata bagi masyarakat

Sementara Pembina SMA Masa Depan, Eny Sulistyaningrum, menyebutkan bahwa sekolah juga mendorong siswanya berperan aktif di berbagai perlombaan dan membuat proyek nyata yang bisa diberikan kepada masyarakat.

“Kami mengajak mereka meraih prestasi sekaligus peka terhadap kebutuhan masyarakat. Itu sebabnya, kami dorong mereka untuk tak hanya ikut lomba-lomba, tapi juga memiliki proyek nyata di masyarakat,” katanya.

Setiap akhir pekan, pihaknya membimbing mereka menganalisis masalah masyarakat, mencari solusinya, sekaligus merancang cara membuat programnya.

“Saya sering terheran-heran dengan ide-ide brilian mereka. Ternyata empati terhadap masyarakat itu bisa tumbuh di kalangan remaja, asal dibina dengan telaten dan diberikan kesempatan,” tambah Eny.

Tips agar siswa mampu menentukan pilihan minat saat kuliah

Psikolog pembina siswa di SMA Masa Depan, Diana Setiyawati, PhD., memberikan tip agar siswa bisa memilih minat untuk kuliahnya.

“Sebaiknya saat mau memilih minat kuliah, jangan berlasan hanya karena kepingin atau suka saja,” kata perempuan yang menamatkan kuliah S2 di Malaysia dan S3 di Australia ini.

Dalam memilih jurusan kuliah, setidaknya ada empat hal yang harus menjadi latar belakang bagi siswa. Pertama, melihat dari apa yang disukai. Kedua, mengamati dari apa yang paling unggul dari dirinya, ketiga adalah harus bisa mengenali masalah apa di masyarakat yang ingin ia pecahkan di masa depan.

“Keempat profesi apa yang ingin ia tekuni. Oleh karena itu, kami tidak melakukan tes minat bakat di sekolah, karena kami percaya, tes yang hanya ‘sekali duduk’ saja itu tidak cukup untuk menuntun anak ke masa depan,” kata dia.

Pihaknya mendampingi siswa mengenali dirinya, menemukan keunggulan dan passion-nya.

“Lalu mendorong mereka untuk memaksimalkan potensinya. Ada pelajaran Psikologi dan pengembangan diri setiap pekan, juga coaching harian oleh guru. Setiap anak memiliki coach masing-masing selama bersekolah di sini,” tutup Diana.