Publik sering mengasosiasikan dunia aeromodelling dengan sesuatu yang mahal dan hanya bisa dinikmati kelas atas. Apalagi kalau kita kaitkan dengan dunia pendidikan. Jarang sekali sekolah yang mau memasukkan aeromodelling ke kurikulumnya.
Padahal tidak semua anggapan itu benar. Sebenarnya semua kalangan baik itu generasi muda, anak-anak, orang tua, bisa menggeluti aeromodelling sebagai hobby, olah raga dan pengetahuan.
Melihat kondisi itulah maka Red Walet kemudian melakukan inisiatif mengenalkan aeromodelling ke sekolah-sekolah di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bogor.
Di wilayah Depok SD Al Fauzien adalah salah satu dari sedikit itu yang telah menerapkan kurikulum ekstra kurikuler aeromodelling.
Ekstra kurikuler aeromodelling tepat untuk diajarkan
“Pelajaran ekstra kurikuler aeromodelling menurut kami banyak memberikan pemahaman ke siswa tentang dunia dirgantara. Ini penting agar siswa-siswa bisa sejak dini bisa mendapatkan pemahaman tentang teknologi dan pengetahuan yang penting untuk masa depan mereka,” ujar Ria Fitriani, guru SD Al Fauzien.
Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa SD Al Fauzien menggandeng Red Walet Aeromodelling untuk menyelenggarakan pembelajaran ekstra kurikuler di SD Al Fauzien mulai tahun pelajaran 2024-2025 ini.
Animo siswa tinggi
Tidak diduga ternyata animo siswa-siswi cukup tinggi. Karena kegiatan ekstra kurikuler itu sifatnya pilihan. Begitu dibuka dan ditawarkan puluhan siswa mendaftar. Namun agar ada pemerataan dengan bidang-bidang lain, akhirnya hanya dibatasi 10 orang.
Ketua lembaga RWA, Ronald Wahyu mengatakan bahwa pengetahuan aeromodelling ini penting dikenalkan kepada siswa-siswa sekolah.
Penerbangan moda yang tidak akan punah di masa depan
“Transportasi menggunakan pesawat terbang itu adalah satu-satunya moda yang tidak akan punah di masa depan. Karena hanya dengan pesawat terbang mobilitas manusia bisa dilakukaan dengan efisien, cepat dan mampu menghubungkan wilayah-wilayah yang tersembunyi di banyak belahan dunia”, ujarnya.
Di SD Al Fauzien Depok siswa-siswi belajar tentang dunia dirgantara dari berbagai aspek. Kemudian secara praktik, siswa juga belajar untuk merakit, menerbangkan dan mengendalikan pesawat model.
Mari menerbangkan limbah
“Kami mengutamakan pemahaman siswa tentang perilaku benda terbang, bagaimana benda bisa terbang dan bagaimana siswa-siswi bisa mengendalikan pesawat model yang sederhana. Pesawat model ini juga dibuat dari bahan-bahan yang murah. Bahkan kami punya semangat untuk bisa menerbangkan limbah,” ujar Lais Abid, pengajar aeromodelling dari RWA di SD Al Fauzien.
“Yang penting dan utama itu adalah siswa-siswi bisa memahami dasar-dasar penerbangan terlebih dahulu. Kalau dasar itu sudah kuat, kita dengan mudah menggesernya ke pesawat model dengan teknologi yang lebih maju. Misalnya pesawat model dengan kendali jarak jauh,” tambahnya.
Jadi rasanya kita sangat perlu mengapresiasi SD Al Fauzien Depok, yang telah menerapkan dan memasukkan aeromodelling dalam pembelajaran ekstra kurikulernya. Mengingat dunia dirgantara akan menjadi sangat penting di masa depan. Indonesia harus segera melahirkan sumber daya manusia yang mampu meneruskan ketokohan Nurtanio atau Habibie. Salut untuk SD Fauzien Depok. Semoga terus berlanjut.