Setiap tahun, umat muslim di Indonesia kerap dihadapkan pada pertanyaan berulang: apakah awal puasa Ramadan akan sama atau berbeda antara pemerintah (Kementerian Agama) dan Muhammadiyah? Tahun 2025 tidak terkecuali.

Pertanyaan ini muncul karena perbedaan metode yang digunakan oleh kedua pihak dalam menentukan awal bulan Hijriyah, termasuk bulan Ramadan. Lantas, bagaimana kemungkinan awal puasa 2025? Apakah akan sama atau berbeda?

Metode Penentuan Awal Puasa

Perbedaan penentuan awal puasa antara pemerintah dan Muhammadiyah berakar pada metode yang digunakan:

Pemerintah (Kementerian Agama):

Pemerintah dan Nahdatlut Ulama menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan hilal) yang dipadukan dengan hisab (perhitungan astronomi). Keputusan awal puasa ditetapkan melalui sidang isbat setelah menerima laporan pengamatan hilal dari berbagai lokasi di Indonesia. Jika hilal tidak terlihat, bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari.

Muhammadiyah:

Muhammadiyah mengandalkan metode hisab dengan kriteria Wujudul Hilal. Artinya, bulan baru dianggap sudah dimulai jika secara perhitungan astronomi, hilal sudah terwujud di atas ufuk, terlepas dari apakah hilal bisa dilihat atau tidak.

Lantas, bagaimana dengan awal puasa 2025? Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut adanya kemungkinan kemungkinan perbedaan jatuhnya awal puasa Ramadan 2025 antara Pemerintah dengan Muhammadiyah.  BRIN memprediksi tanggal 1 Ramadan 1446 H akan jatuh pada 2 Maret 2025 berdasarkan metode penentuan hisab dan rukyat.

Prediksi kapan awal puasa Ramadan 2025 tersebut berbeda dengan yang telah ditetapkan Muhammadiyah di mana 1 Ramadan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025.  Penentuan Awal Puasa Ramadan 2025 Menunggu Sidang Isbat. Untuk menentukan awal puasa Ramadan 2025, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan melaksanakan sidang isbat pada 28 Februari 2025.

Adapun kriteria yang akan digunakan Kemenag menggunakan kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yakni imkanur rukyat.   Menurut metode ini, hilal dianggap memenuhi syarat apabila posisinya mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

Hilal Hanya Akan Terlihat di Aceh 

Berdasar perhitungan BRIN, hilal yang memenuhi kriteria MABIMS tersebut diprediksi hanya akan terlihat di Aceh. Sementara di daerah lain belum terlihat. Tinggi tinggi bulan di Aceh yakni 4,5 derajat, sementara elongsinya 6,4 derajat yang artinya memenuhi kriteria.

Sementara di daerah lain, hilal belum akan terlihat. Sebagai contoh di daerah Surabaya. Menurut analisis BRIN, posisi bulan saat magrib 28 Februari 2025 di Surabaya yakni tinggi toposentrik 3,7 derajat, sementara elongasi geosentrik 5,8 derajat sehingga kurang dari kriteria MABIMS.

Lantas, apakah artinya awal puasa tahun 2025 akan ada dua versi besar antara Pemerintah dan Muhammadiyah? Semua tergantung sidang isbat sore ini. Bila acuan yang dipakai Aceh, kemungkinan awal puasa akan sama yaitu pada 1 Maret 2025. Namun, bila acuan yang dipakai di luar Aceh, kemungkinan awal Ramadan 2025 akan ada yang 1 Maret, ada juga yang 2 Maret.

Kapan pun pilihan awal puasa Anda, pastikan mempersiapkan puasa dengan baik. Selain menguatkan iman dan ibadah, pastikan juga asupan berbuka dan sahur mengandung nutrisi yang cukup. Untuk pilihan buka puasa, cek pilihan menu pilihan lantang.id. di sini.

Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga menjadi insan yang semakin bertaqwa.