Semarak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80 pada tahun 2025 ini diwarnai oleh fenomena unik yang viral di media sosial. Berbagai karnaval dan pawai yang digelar di penjuru negeri tidak hanya menampilkan atribut perjuangan dan kebudayaan, namun juga kehadiran sosok yang tak lazim, yaitu patung atau ogoh-ogoh berbentuk tikus.
Fenomena ini menjadi semakin mencolok dengan banyaknya figur tikus yang digambarkan mengenakan jas dan dasi, sebuah representasi simbolis yang kuat dan mudah dikenali. Munculnya tikus-tikus berkostum ini bukanlah sekadar kreasi seni semata. Lebih dari itu, fenomena ini merupakan bentuk protes kreatif dan kolektif dari masyarakat terhadap permasalahan korupsi yang dinilai masih merajalela di Indonesia.
Peringatan kemerdekaan yang seharusnya menjadi momen sukacita dan refleksi kemajuan bangsa justru ternoda oleh isu korupsi yang terus menghantui. Penggambaran tikus yang identik dengan sifat rakus dan merugikan, dipadukan dengan atribut formal layaknya pejabat, menjadi sindiran pedas terhadap praktik korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Ironi semakin terasa ketika, bahkan di tengah semangat peringatan kemerdekaan yang ke-80, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penangkapan terhadap Wakil Menteri Tenaga Kerja, Immanuel Ebenezer. Peristiwa ini seolah menjadi konfirmasi nyata atas kegelisahan masyarakat yang tercermin dalam kemunculan figur tikus di karnaval. Penangkapan ini menjadi bukti bahwa upaya pemberantasan korupsi masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi bangsa Indonesia.
Sebenarnya, kemunculan simbol tikus dalam karnaval Agustus bukanlah fenomena yang sepenuhnya baru. Pada tahun-tahun sebelumnya, sesekali kita dapat menjumpai kreasi serupa, meskipun dalam jumlah yang tidak sebanyak pada tahun 2025 ini. Peringatan kemerdekaan ke-80 ini seolah menjadi puncak ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap korupsi, yang mungkin dipicu oleh berbagai kasus yang terungkap dan dirasakan dampaknya secara langsung oleh rakyat.
Maraknya kemunculan tikus berkostum dalam karnaval Agustus tahun 2025 ini dapat dibaca sebagai alarm bagi para pemangku kebijakan. Kreativitas masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan kritik menunjukkan bahwa isu korupsi bukan lagi sekadar perbincangan di kalangan elit, melainkan telah menjadi keprihatinan mendalam di tingkat akar rumput.

Tikus di karnaval

Sosok tikus dalam karnaval melambangkan protes terhadap korupsi.

Simbol tikus dalam karnaval bukan hanya hiburan visual, tetapi juga representasi harapan agar Indonesia benar-benar merdeka dari belenggu korupsi, sehingga cita-cita kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dapat segera terwujud. Fenomena ini menjadi pengingat yang kuat bahwa semangat kemerdekaan harus diiringi dengan komitmen yang lebih kuat dalam memberantas praktik korupsi di segala lini.
Bila korupsi terus terjadi di Indonesia, rasanya sulit untuk mewujudkan cita-cita Pancasila yang berbunyi, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pemberantasan korupsi secara serius dan tidak tebang pilih menjadi kunci untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.